Weekly post

  • Posted by : Unknown May 4, 2016

    IV. Walking into Danger
             Reika yang mendengarkan percakapan tersebut langsung berlari menuju kastil untuk mencari ibu dan adiknya. Dia langsung menerobos api yang menghalangnya dan menghancurkan kayu-kayu terbakar yang menghalangi jalannya. Melihat hal itu Raiga Kazumasa langsung berdiri dan berteriak kepada salah satu jendral untuk melindungi Reika dengan tanpa mengiraukan prajurit yang ada di pangkuannya. Untuk yang kedua kalinya prajurit yang malang itu hidungnya terbentur lagi dengan batu. **tanpa pikir panjang rohnya pun langsung keluar dari tubuh prajurit itu dan mengacungkan jari tengah kepada Raiga Kazumasa**

    “Keilaaaa……… Ibundaaa…... Dimana kaliaaaaannn?” Reika berteriak sambil berlari mencari keberadaan ibu dan adiknya,

    Terlihat wajah prustasi di wajah Reika, Reika kemudian melihat aura yokai yang sangat banyak di ruangan yang menuju ruang bawah tanah, mempunyai firasat tidak enak Reika langsung berlari menuju ruangan itu, dan ternyata benar disana dia menemukan Keila yang hendak diserang oleh yokai

    “Keilaaa… awas belakangmuuuu…” Reika berlari berusaha menyelamatkan Keila,

    Akan tetapi Keila masih dalam keadaan sedih dan dengan tatapan kosong di matanya, dia melihat kearah Reika yang berteriak, yokai yang sedang dalam proses menyerang Keila dan Reika yang berusaha melindungi Keila dengan melemparkan tombaknya akan tetapi *bit *bit Serangan Reika terlambat beberapa menit Keila terserang oleh yokai itu meskipun hanya bahu Keila yang tergigit oleh Yokai itu dikarenakan Yokai itupun dalam keadaan terancam oleh Reika yang melemparkan tombaknya, mencari aman, Yokai itu langsung kabur menjauhi Reika. Reika langsung mengambil kembali tombak yang dilemparkannya dan menghampiri Keila yang terluka karena gigitan yokai tersebut, sembari Reika berpikir karena Reika merasa aneh akan yokai yang barusan, karena yokai itu mempunyai bentuk tubuh yang utuh dengan penjelmaan anjing dan berwarna putih dengan corak coklat.

    “Ah sudah lupakan hal itu, yang lebih penting lagi bagaimana keadaan Keila sekarang” ucap Reika dalam hati sembari mencoba untuk menyadarkan Keila yang pingsan karena gigitan yokai, Reika masih belum melihat sekeliling karena hanya terfokus kepada Keila, dia tidak menyadari bahwa Ibunya masih dalam keadaan bahaya.

    “Aaa…... aah...”, Mendengar suara ibunya, Reika kemudian tersadar bahwa dia juga harus menyelamatkan Ibunya, namun tampaknya Reika sudah terlambat, Ibunya sudah berada lama dalam dekapan Yokai Putih yang mempunyai banyak ekor.

    “Apaa? Ibunda? Ibunda apakah kau baik-baik saja? Ibunda?” teriak Reika, Akan tetapi Ibunya pun sudah dalam keadaan setengah sadar, dan kemudian terkapar dilantai setelah dilepaskan dari dekapan Yokai tersebut. Reika langsung menghampiri Ibunya sambil mengendong Keila dan mendekatkan mereka, tidak lupa Chiaki pun dia ambil dan dekatkan dengan Keila dan Ibunya.

    “Saya menyelamatkan Chiaki hanya karena jika saya tidak menyelamatkannya Keila pasti sedih dan marah padaku” ucap Reika kesal.

             Setelah ketiganya Terkapar sejajar didepan Reika kemudian Reika menyadari bahwa mereka mempunyai tanda-tanda gigitan yang dari yokai, Reika sangat menyesal akan kejadian itu.

    “Putri Reika dimana anda?” teriak salah seorang jendral yang mengikuti Reika.

    “aah... disini anda rupanya?”
    “Aaaaaaahhh apa yang terjadi dengan Nona Eiri, Putri Keila dan Chiaki?” ucap jendral terkejut

    “mereka tergigit oleh Yokai, bantulah saya untuk membawa mereka keluar” balas Reika sambil berusaha mengangkat Keila dan Ibunya dikedua bahunya.

    “aa aah... baiklah,” balas jendral ternganga sambil mendekat Chiaki dan menggendongnya.


    V. The Sacrifice
             Dalam perjalanan keluar Jendral terjebak dalam kobaran api karena dinding-dinding dan kayu-kayu yang runtuh, melihat hal itu Reika yang sudah berhasil keluar segera membaringkan adik dan ibunya, dan langsung berlari kembali ke arah kastil, akan tetapi Reika pun sudah kehabisan tenaga dan tidak bisa mendobrak dan menghancurkan reruntuhan yang menjebak Jendral dan Chiaki.

    “jendral, apa kau baik-baik saja?” Teriak Reika khawatir

    “jangan Khawatir Putri Reika saya baik-baik saja, hanya saja kaki kiri ini terkilir dan tidak bisa menggendong Chiaki keluar, oleh karena itu saya berniat untuk melemparkan Chiaki melalui celah yang terbuka diatas itu” ucap Jendral

    “Ta-tapi apa kau yakin Chiaki akan baik-baik saja?” balas Reika

    “Entahlah, mungkin akan sedikit tergores, tapi itu lebih baik daripada kami berdua terjebak disini, dan lagipula Chiaki adalah teman terdekat Keila saat ini, saya yakin jika sudah sadar nanti saat Putri Keila menyadari bahwa Chiaki tidak ada Keila akan menangis sejadin-jadinya”
    “Anda tidak mau melihat Putri Keila menangis kan? Putri Reika” Lanjut Jendral

    Mendengar ucapan sang Jendral, Reika langsung membalas untuk segera melemparkan Chiaki sebelum api benar-benar menjebaknya dan tidak ada jalan keluar lagi

    “Baiklah Jendral, segera lemparkan Chiaki sekarang, saya sudah siap disini untuk menangkapnya, tolong lemparkan denga benar” ucap Reika dengan tegas

    “Baik, Laksanakan” balas Jendral semangat sambil bersiap melemparkan Chiaki

    Setelah Chiaki terlempar keluar dan ditangkap oleh Reika, Chiaki sama sekali tidak tergores sedikitpun.

    “Lemparan anda sangat baik Jendral, Chiaki tidak terluka sediktpun dan mendarat dengan selamat dan sentosa” Teriak Reika

    Akan tetapi Reika tidak mendengar balasan sepatah katapun dari sang Jendral, *bruakk *bruakk *bruushh, ternyata api sudah menjalar ke tempat dimana sang Jendral terjebak  dan ternyata sudah tidak ada harapan lagi sang Jendral akan keluar dengan selamat.


    “Jasamu akan selalu kukenang Jendral” ucap Reika dalam hati

    Dengan menggunakan gerobak Reika segera membawa 3 orang yang pingsan menuju ke tempat yang aman, namun tiba-tiba satu yokai hitam dengan mata merahnya berlari dan akan meyerang Reika, Reika langsung mengambil tombaknya dan bersiap unutk menangkis serangan yokai tersebut. *trang *treng *trong setelah beberapa bentrokan antara Reika dan Yokai, Reika terlihat sudah sangat kelelahan diakibatkan setelah bertarung bersama ayahnya dan pergi berlari menyelamatkan Keila dan Ibunya tanpa istirahat semenitpun. Saat Reika lengah terhadap Yokai tersebut, Yokai itu mengambil kesempatan untuk mendekati Reika dan kemudian *bit *bit, Reika terdorong hingga terkapar di tanah dan terkena gigitan sempurna tepat dilehernya, tanpa bisa melawan Reika hanya bisa pasrah dan menyerah.



    VI. The end of Kazumasa Clan

    “HIIIIAAAAAHHHHH” *sbett

             Raiga datang menyelamatkan Reika yang sedang digigit oleh yokai, yokai itupun terkejut dan langsung melepaskan gigitannya lalu menjauhi Reika dan ayahnya.

    “Hmmm…. Kau datang terlambat, dia sudah terkena gigitan kedua taringku dan bercampur dengan darahku, dia akan menderita kesakitan yang luar biasa hingga mencapai kematiannya” ucap yokai itu dengan penuh kesombongan

    “SIALAAAN KAAUUU….” Raiga yang marah langsung menyerang secara membabi buta kepada yokai itu, 5 orang jendral yang tersisa ikut membantu dan memperingati Raiga untuk tetap fokus dalam serangannya itu, namun apalah daya, Raiga sudah termakan oleh amarah yang sangat besar dan tidak mempedulikan sekitar kecuali nafsu membunuhnya yang luar biasa akan yokai yang ada dihadapannya. Reika yang tergeletak setengah sadar menyadari dirinya sudah berada di gerobak beserta Keila dan Ibunya, dia melihat cara bertarung ayahnya yang membabi buta dengan mata penuh penyesalan. 


    Tiba-tiba yokai hitam berwajah serigala yang sebelumnya memipin pasukan yokai untuk menyerang muncul dihadapan Raiga dan 5 Jendral yang tersisa, dengan kuasanya pemimpin yokai itu memindahkan portal yang terbuka dihalaman belakang ke hadapan Raiga, Raiga langsung terkejut dan tersadar kembali dari nafsu membunuhnya, mempunyai firasat buruk Raiga langsung memerintahkan salah satu Jendralnya untuk pergi membawa istri dan anak-anaknya sejauh-jauhnya dari Shiroya caslte. Tidak membiarkan hal itu yokai merah langsung menyerang ke arah gerobak Reika dan yang lainnya, namun Raiga berhasil menangkis serangan yokai itu,

    “CEPATLAH pergi jauh dari sini!!” Teriak Raiga dengan nada marah

    Tanpa pikir panjang seorang Jendral yang diperintahkan Raiga untuk membawa keluarganya yang pingsan segera mendorong gerobak itu dan bergegas berlari meninggalkan Shiroya Caslte, Reika yang dalam keadaan setengah sadar tidak bisa menerima hal itu, tetapi dia tidak bisa menggerakan sedikitpun anggota tubuhnya.

             Pertarungan yang sengit antara kedua pemimpinpun terjadi di Shiroya caslte, mengakui kekuatan Raiga, pemimpin dari para yokai tersebut mempunyai niat ingin menggunakan tubuh Raiga supaya bisa mempunyai bentuk yang sempurna, tidak lama kemudian pemimpin yokai itu membuat portal yang terbuka menghisap segala sesuatu yang ada didepannya, Raiga dan beberapa Jendral yang tersisa tidak bisa berkutik akibat daya tarik portal yang sangat kuat, dengan sedikit serangan dan cakaran yang dilancarkan kepada Raiga dan para Jendral akhirnya mereka tertarik kedalam portal tersebut diikuti oleh pemimpin dari para yokai , sedangkan sisa-sisa dari yokai yang masih berkeliaran di Shiroya caslte menjadikan Shiroya caslte menjadi tempat bernaung dan markasnya para yokai tersebut, dipimpin oleh yokai yang menyerang Reika, para Yokai itu berniat menjalani kehidupan di dunia para manusia dan memperluas kekuasaannya sampai pemimpin mereka kembali lagi kedunia manusia.

             Salah satu Jendral yang selamat yang membawa Keluarga pemimpin dan kunoichinya berhasil tiba di sebuah rumah tua yang tidak terpakai, jaraknya tidak begitu jauh dan tidak juga begitu dekat dari Shiroya castle, Shiroya caslte masih bisa terlihat dari rumah tua tersebut, hujan mulai turun dengan lebat tanda alam pun ikut bersedih atas musnahnya clan Kazumasa, sang Jendral memutuskan untuk berlindung di rumah tua itu dan membaringkan Keila, Reika, Eiri dan Chiaki di lantai dengan beralaskan kain yang tipis. Sang Jendral pun ikut terlelap dengan posisi duduk dan bersender kepada dinding yang kotor.

             Pada Keesokan hari sang Jendral dibangunkan oleh para wanita yang sebelumnya tergeletak tak berdaya. Sang Jendral langsung mendapatkan pertanyaan tentang kejadian kemarin, mau gimana lagi mereka sudah melihat daerah Shiroya castle masih dinaungi oleh aura-aura gelap, sang Jendral pun duduk di lantai dan menjelaskan seluruh kejadian yang mereka lewatkan. Setelah mereka mengetahui semua kejadian itu, wajah mereka dipenuhi dengan air mata, karena kehilangan segala sesuatu termasuk seseorang yang paling dicintai dan dihormati mereka, tidak luput juga dari air mata keharuan karena sudah melindungi mereka dengan nyawa taruhannya.  Malam pun sudah mulai datang sementara mereka masih berlarut dalam kesedihan. Bulan berwarna merah masih menghiasi malam yang gelap itu, karena hari saat penyerangan para yokai terjadi pun pada malam harinya mempunyai bulan terang yang berwarna merah. Sang Jendral yang sedang duduk diluar memandangi bulan merah itu mendapati Putri Reika yang sedang berjalan kearahnya.

    “Ahhh… Putri Reika, kau baik-baik saja?” ucap sang jendral

    “……” Reika tidak menjawab sepatah katapun,

    “Saya turut berduka atas Tuan Kazumasa dan Clan, tapi saya berjanji akan tetap setia melayani Kazumasa, Nona Eiri dan Putri Reika dengan sepenuh hat— “
    *Jleb *clak *clak, terdengar suara tetesan darah, ternyata Reika menyerang Jendral dengan menusukan tangannya kedalam perut Jendral itu

    “Pu-putri Reika, saya menyesal tidak bisa menyelamatkan Tuan Kazumasa, apakah an-da tersinggung dengan perkataan saya Putri? Jika memang begitu saya akan menarik kata-kata saya kembali” dengan nada kesakitan sang Jendralpun berbicara dan berpikir apa yang menyebabkan Reika menyerang dirinya, padahal sang Jendral pun mengetahui Reika tidak cukup sadis dalam membunuh anggota clannya sendiri, dan terlebih lagi Reika menusuknya dengan tangan kosong. Setelah tangan Reika ditarik dari perut Jendral yang menolongnya, sang Jendral melihat keanehan pada tubuh Reika, dia melihat kuku-kuku hitam yang panjang yang tumbuh di jari jemari Reika, dan saat dia melihat lebih dekat wajah Reika yang tertutupi poni hitamnya, dia melihat ujung telinga Reika yang meruncing dan kedua gigi taring yang baru tumbuh memanjang, sang Jendral terkejut akan hal itu, dan diapun kehilangan kesadaran dan akhirnya meninggal.

    To Be Continue >>

    0 comments

  • Copyright © 2014

    EIJI KEI Powered by Blogger - Thanks to Johanes Djogan